Ada ungkapan yang mengatakan 'Sahabat lebih baik dari saudara kandung.' Apakah ungkapan ini benar ? Ya tergantung dari sahabat seperti apa yang kita dapatkan atau saudara kandung seperti apa yang kita miliki.

Bahan renungan: 2 Tawarikh 19:1-3.
Ayat 2 Tawarikh 19:1-3 = Pelihat Yehu menegor raja Yosafat
1 Yosafat, raja Yehuda, pulang dengan selamat ke istananya di Yerusalem.
2 Ketika itu Yehu bin Hanani, pelihat itu, pergi menemuinya dan berkata kepada raja Yosafat: "Sewajarnyakah engkau menolong orang fasik dan bersahabat dengan mereka yang membenci TUHAN? Karena hal itu TUHAN murka terhadap engkau.
3 Namun masih terdapat hal-hal yang baik padamu, karena engkau menghapuskan tiang-tiang berhala dari negeri ini dan mencari Allah dengan tekun."
"Sewajarnyakah engkau menolong orang fasik dan bersahabat dengan mereka yang membenci TUHAN? Karena hal itu TUHAN murka terhadap engkau." - (2 Tawarikh 19:2).
Pada dasarnya manusia memerlukan sahabat untuk membangun hubungan yang saling membangun. Dengan adanya konsep ini maka diperlukan sahabat yang bisa memberikan sumbangan bagi perbaikan kehidupan seseorang.

Sehingga seseorang mungkin berpikir, 'Pentingkah sahabat ?' Jawab: penting. Seseorang memerlukan sahabat yang bisa melakukan antara lain:
  • Sahabat bisa menemani saat diperlukan.
  • Sahabat berani mengatakan yang benar.
  • Sahabat membantu bangkit dan percaya diri.
  • Sahabat bisa memahami.
  • Sahabat menerima kondisi terbaik atau terburuk.
  • Sahabat tahu kekuranganmu dan kelebihan.
  • Sahabat bisa dipercaya.
  • Sahabat ikut senang dan sedih.
  • Sahabat membantu dan mendoakan kesuksesan.
Sejatinya manusia memerlukan seorang sahabat yang dengan jujur menegur dan membangun iman.

Yehu menegur raja Yosafat karena dia telah menjalin hubungan dengan orang-orang fasik, yaitu orang-orang yang tidak mengindahkan perintah Tuhan, suka melakukan kejahatan dan berhati busuk. Oleh sebab itu Yehu memperingatkan Yosafat agar segera mengakhiri hubungan yang terlarang itu, karena bila dibiarkan berlarut-larut akan berakibat fatal bagi dirinya dan kerajaannya.

Alkitab menyatakan:
  • Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." - (Amsal 13:20).
  • "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." - (1 Korintus 15:33).
Seseorang mempunyai sahabat banyak belum tentu perilakunya bertambah baik, sebaliknya ada 10 sahabat yang baik maka bisa membangun seseorang menjadi lebih baik.

Seorang sahabat akan menegur dengan jujur ketika mengetahui kesalahan yang dilakukan sahabatnya, karena dia tidak mau melihat sahabatnya terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak benar di mata Tuhan. Pertolongan seorang sahabat bisa secara materi atau nasehat jalan keluar. Ia bisa menjadi saudara ketika dalam kesukaran.

Bahan renungan: Amsal 18:1-24.
Ayat Amsal 18:1-24
1 Orang yang menyendiri, mencari keinginannya, amarahnya meledak terhadap setiap pertimbangan.
2 Orang bebal tidak suka kepada pengertian, hanya suka membeberkan isi hatinya.
3 Bila kefasikan datang, datanglah juga penghinaan dan cela disertai cemooh.
4 Perkataan mulut orang adalah seperti air yang dalam, tetapi sumber hikmat adalah seperti batang air yang mengalir.
5 Tidak baik berpihak kepada orang fasik dengan menolak orang benar dalam pengadilan.
6 Bibir orang bebal menimbulkan perbantahan, dan mulutnya berseru meminta pukulan.
7 Orang bebal dibinasakan oleh mulutnya, bibirnya adalah jerat bagi nyawanya.
8 Perkataan pemfitnah seperti sedap-sedapan, yang masuk ke lubuk hati.
9 Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak.
10 Nama TUHAN adalah menara yang kuat, ke sanalah orang benar berlari dan ia menjadi selamat.
11 Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya dan seperti tembok yang tinggi menurut anggapannya.
12 Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.
13 Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.
14 Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?
15 Hati orang berpengertian memperoleh pengetahuan, dan telinga orang bijak menuntut pengetahuan.
16 Hadiah memberi keluasan kepada orang, membawa dia menghadap orang-orang besar.
17 Pembicara pertama dalam suatu pertikaian nampaknya benar, lalu datanglah orang lain dan menyelidiki perkaranya.
18 Undian mengakhiri pertengkaran, dan menyelesaikan persoalan antara orang-orang berkuasa.
19 Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat, dan pertengkaran adalah seperti palang gapura sebuah puri.
20 Perut orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil bibirnya.
21 Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.
22 Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN.
23 Orang miskin berbicara dengan memohon-mohon, tetapi orang kaya menjawab dengan kasar.
24 Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.
"Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara." - (Amsal 18:24).
Di zaman sekarang ini tidak mudah menemukan seorang sahabat yang "...menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17). Sahabat yang menjadi saudara adalah orang yang mau berkorban untuk sahabatnya, bukan mengorbankan sahabatnya. Sahabat yang mau berkorban itu tidak mencari keuntungan sendiri. Ketika sahabatnya terjebak dalam kesukaran hebat, ia mau menerobos kesukaran itu guna menolong sahabatnya.

Salomo dalam amsalnya berkata, "...ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara." Dan sungguh tak bisa kita bayangkan betapa eratnya hubungan seorang persahabatan yang lebih karib dari pada seorang saudara itu.

Tuhan Yesus telah memberikan teladan bahwa diriNya adalah figur seorang sahabat yang sejati. "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." - (Yohanes 15:13). Hal ini dibuktikan melalui karya penebusan di atas kayu salib. Persahabatan yang didasari oleh kasih Kristus itu akan melebihi tali persaudaraan atau kekerabatan, karena hubungan yang dibangun bukan atas kepentingan untung-rugi, melainkan karena mengasihi sebagai diri sendiri.

Alkitab mengatakan, "Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya." - (Amsal 19:4). Hal ini juga dialami oleh Ayub, sahabat-sahabatnya beranjak menjauh dan mencemoohnya saat dia sedang terpuruk.
Jadikan Tuhan Yesus sebagai teladan dalam membangun sebuah persahabatan.
Salam kasih dan persahabatan. Tetap semangat dan mengasihi sesama manusia apapun keyakinannya. Tuhan Yesus pasti memberkati. Amin.

Post a Comment

Powered by Blogger.